Hashing memainkan peran penting dalam industri cryptocurrency, khususnya untuk memastikan keamanan dari jaringan blockchain. Hashing adalah proses yang menjadi dasar dari mekanisme konsensus proof-of-work (PoW), dan sudah menjadi dasar sejak Bitcoin — cryptocurrency pertama di dunia — melakukan debutnya pada tahun 2009.
Proses hashing sendiri cukup rumit, tapi memahaminya dan fungsinya dalam cryptocurrency tidak harus sulit. Dalam panduan AAG Academy hari ini, kami akan menjelaskan hashing dengan istilah yang sederhana, dan lihat cara hashing membuat cryptocurrency begitu aman.
Dalam cryptocurrency, fungsi has adalah algoritme matematis yang mengubah nilai sebuah input sepanjang apapun menjadi sebuah output yang terenkripsi, disebut hash, yang memiliki panjang yang tetap. Dengan kata lain, proses ini mengubah rangkaian huruf dan angka yang bisa lusinan panjangnya, seperti data di dalam sebuah block pada blockchain, menjadi angka heksadesimal degnan panjang yang sudah ditentukan.
Setiap blok mendapat hash dengan ukuran yang sama, terlepas dari jumlah data di dalam setiap blok. Ukurannya dapat bervariasi tergantung pada metode hashing yang digunakan, dan tidak semua blockchain menggunakan sistem yang sama. Proses ini membuat hampir tidak mungkin untuk mengetahui atau menebak input data asli hanya berdasarkan hash terenkripsi.
Penggunaan hashing sudah tersebar luas selama beberapa dekade dalam sistem komputer, dan dapat digunakan untuk banyak hal, seperti memverifikasi bahwa perangkat lunak belum dirusak. Sejak Bitcoin diluncurkan pada tahun 2009, hashing telah menjadi bagian integral dari industri cryptocurrency dan memainkan peran besar dalam memastikan bahwa data blockchain aman dan tidak dapat diganggu.
Cara kerja hashing bervariasi bergantung pada cara pakainya, jadi agar tetap sederhana, mari fokus pada kegunaannya dalam industri cryptocurrency.
Kapanpun pengguna menyerahkan sebuah transaksi ke dalam blockchain yang menggunakan mekanisme konsensus proof-of-work (PoW), seperti Bitcoin, transaksi ini masuk dalam antrian permintaan yang menunggu untuk divalidasi oleh jaringan yang terbuat dari ribuan node dan penambang. Cara ini membutuhkan terciptanya sebuah block baru, yang di dalamnya sejumlah transaksi dikelompokkan.
Sesudah transaksi-transaksi itu diproses dan disetujui, block itu ditutup dan lalu ditambahkan ke jaringan yang menyusun buku besar terdistribusi jaringan. Namun, sebelum ditambahkan ke dalam jaringan, setiap block diberi hash. Hash ini dibuat dengan mengambil semua data yang ada di dalam block, kemudian menjalankan algoritma matematis yang mengubahnya menjadi rangkaian karakter yang unik.
Panjang rangkaian bergantung pada fungsi hash yang digunakan. Contohnya, Bitcoin menggunakan sebuah metode yang dikenal sebagai SHA-256, yang artinya semua hash Bitcoin panjangnya 256 karakter, terlepas dari jumlah data yang ada di dalam setiap block. Sementara lainnya di industri cryptocurrency mungkin hanya sebanyak 128 karakter, dan beberapa yang mengambil 512 karakter.
Selama data yang dimasukkan sama, kamu akan selalu mendapat hash yang sama. Namun, jika data berubah sama sekali — bahkan hanya satu karakter — hash berubah sama sekali. Cara ini mencegah agar block manapun tidak dirusak, sebab mengubah hash berarti block itu tidak lagi dikenali oleh rantai lainnya dan karenanya akan ditolak.
Ada beberapa kondisi yang setiap hash harus penuhi agar blockchain cryptocurrency semakin aman. Contohnya, pada Bitcoin, hash harus mulai dengan beberapa angka nol, yang bisa berubah tergantung seberapa sibuk jaringan. Berarti para penambang harus mencoba banyak input yang berbeda sampai mereka bisa menghasilkan sebuah hash yang memenuhi ambang.
Proses ini membutuhkan perangkat keras yang canggih agar dapat dijalankan secara efektif, itulah sebabnya sistem PoW sangat intensif energi — dan sangat kompetitif. Itu juga alasan mengapa penambang menghabiskan begitu banyak uang untuk rig komputer yang kuat dalam upaya untuk mendapatkan keuntungan lebih dari yang lain dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan BTC baru.
Seperti yang sudah kita sebutkan di atas, fungsi hash yang berbeda mengeluarkan hasil yang berbeda, dan sejumlah besar mereka digunakan di seluruh industri cryptocurrency. Selain fungsi SHA-256 yang digunakan oleh Bitcoin, fungsi populer lainnya termasuk:
Semua fungsi ini digunakan dalam sistem proof-of-work dengan cara yang sama yang jaringan Bitcoin gunakan. Sekalipun mereka memberikan hasil yang mirip, waktu yang dibutuhkan untuk menggunakan mereka, tingkat keamanan mereka, dan faktor lainnya bisa berbeda. Fungsi SHA-2 dianggap salah satu yang sangat aman di dalam industri cryptocurrency.
Sekalipun beberapa fungsi hash dianggap lebih aman dibanding yang lainnya — biasanya karena hasil mereka dalam rangkaian hash yang lebih panjang — semua dianggap sangat aman, di mana ini sebabnya hashing digunakan sangat umum di seluruh industri cryptocurrency dan lainnya. Seperti yang kita sebut sebelumnya, hampir mustahil mengerjakan data input berdasarkan hashnya.
Mengubah data input dengan cara apapun juga menghasilkan hash yang sama sekali berbeda. Contohnya, jika kamu memberikan hash pada sebuah software, seperti aplikasi komputer, para pengguna bisa memverifikasi keasliannya hanya dengan memeriksa apakah hash yang dimilikinya sesuai dengan aslinya. Jika seorang jahat mengubahnya dengan software dengan cara apapun, hashnya tidak lagi cocok dan kamu bisa memastikan bahwa software itu tidak asli.
Blockchain mengambil satu langkah lebih jauh untuk memperkuat keamanan. Setiap kali sebuah block baru dibuat, kepala block ini menyimpan hash yang digunakan pada block sebelumnya, jadi setiap block terkait erat. Inilah caranya jaringan tahu ketika sebuah hash berubah: Hash itu tidak lagi terkait dengan block sebelumnya, dan karenanya disingkirkan dari rangkaian.
Dengan memperhitungkan semua ini, kita bisa melihat fungsi hash — khususnya ketika digunakan dalam cryptocurrency — luar biasa aman. Jika tidak, industri ini pasti sudah mengubahnya ke solusi yang lebih baik sekarang ini, dan fungsi hash tidak mungkin tetap penting pada sistem PoW yang digunakan oleh kebanyakan cryptocurrency yang ada hari ini.
Fungsi sebuah hash mengambil semua data yang ada dalam sebuah block dan memberinya serangkaian unik karakter dengan panjang tertentu. Cara ini menolong memastikan block itu dikenali oleh jaringan blockchain, dan tidak bisa dirusak dengan cara apapun.
Dalam cryptocurrency, sistem SHA-2, termasuk di dalamnya fungsi SHA-256 yang digunakan oleh Bitcoin, dianggap yang paling aman. Hal ini disebabkan sebagaian besar karena rangkaian hash 256 karakternya, sementara yang lain menggunakan sesedikit 128 karakter.
Nilai hash bukan hanya mengijinkan nodes mengenali block-block dalam blockchain, tapi mereka juga menghalangi nodes yang jahat untuk merusak block itu. Setiap block yang dirusak akan berakhir dengan hash yang berbeda, yang tidak dikenali oleh nodes lainnya dan akan ditolak.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan informasi umum yang dibentuk untuk memberikan edukasi kepada publik, bukan sebuah nasihat investasi pribadi, perusahaan, ataupun nasihat untuk bisnis dan profesional. Sebelum bertindak, Anda harus berkonsultasi dengan penasihat keuangan, hukum, pajak, investasi ataupun bidang lainnya dan meminta nasihat dari mereka yang mungkin akan mempengaruhi Anda maupun bisnis Anda.
Jadilah yang pertama mendapatkan buletin kami yang penuh dengan pembaruan perusahaan, produk serta berita pasar.